TUMPENG
Pada awalnya, nasi tumpeng dibuat untuk
memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para arwah leluhur (nenek moyang) di zaman itu. Sebab
tumpeng erat kaitannya dengan keadaan alam Indonesia yang banyak dipenuhi
gunung berapi. Meski begitu, dahulu dan sekarang kehadiran nasi tumpeng tetap
sama, yakni sebagai perwujudan rasa terimakasih pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Nasi tumpeng menjadi simbol dan tradisi.
Nasi tumpeng melambangkan ucapan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk nasi tumpeng yang mengerucut keatas dan
dikelilingi berbagai jenis lauk melambangkan Indonesia memiliki beragam suku,
etnik, dan budaya. Kombinasi sayur dan lauk pauk melambangkan pula ucapan syukur kepada
Sang Pencipta atas hasil bumi.
Selain itu bentuk nasi tumpeng yang menyerupai gunung memiliki makna terlebih bagi masyarakat Jawa. Gunung bagi tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa sering diidentikan sebagai tempat yang maha tinggi secara spiritual.
Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus identik dengan kehadiran nasi tumpeng. Tahukah kalian, bahwa kini sebenarnya nasi tumpeng beralih fungsi menjadi simbol suatu perayan, baik itu perayaan keagamaan, adat, ulang tahun, hingga menyambut musim, kehadiran nasi tumpeng tidak pernah absen.
Nasi tumpeng bukan hanya sekadar makanan
dengan tampilan yang menarik dan rasa yang lezat. Kehadiran nasi berbentuk
kerucut yang disertai lauk pauk pilihan ini, begitu sarat makna filosofis yang
indah. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Ari Presetiyo, SS,MSi, dosen Sastra
Jawa di Universitas Indonesia, menurutnya nasi tumpeng merupakan bentuk
representasi hubungan antara Tuhan dengan manusia dan manusia dengan sesamanya.
Maka tak heran jika nasi tumpeng memiliki
bentuk kerucut yang merepresentasi konsep ketuhanan dengan sesuatu yang besar
dan tinggi, dan berada di puncak. Selain itu, bentuk yang menjulang ke atas
juga menyimbolkan harapan agar tingkat kehidupan manusia semakin ‘tinggi’ alias
sejahtera.
Nasi kerucut ini ditata di atas tampah yang
beralaskan daun pisang. Di sekelilingnya tersaji lauk-pauk berjumlah 7 macam.
Angka 7 dalam bahasa Jawa berarti pitu. Angka pitu ini artinya pitulungan
(pertolongan). Tak hanya bentuk saja, penyajian nasi tumpeng beserta lauk
pelengkapnya juga memiliki filosofi dan makna tertentu.
Menurut praktisi &
ahli kuliner, makanan sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan oleh
karena itu dapat dijadikan bahan kajian filsafat, terutama estetika & seni.
Dalam pengertian para Chef, makanan akan dikaji melalui pandangan estetika
& seni.
Sebagai seorang Chef
teori estetika menjelaskan fenomena estetika yang dapat membantu kita dalam
memahami pengalaman seni dan sesuatu yang berada di sekeliling kita menjadi
lebih jernih. Tujuannya adalah, menjelaskan bahwa makanan tidak hanya berfungsi sebagai sarana
bertahan hidup, namun ada nilai estetika & seni di dalamnya.
Itu sebabnya sekarang ini
sangat populer menghias tumpeng agar terlihat menarik bahkan di perlombakan.
SALAM MERDEKA ♬♫♪♩ DIRGAHAYU INDONESIA 75thn
Comments
Post a Comment